marsigit 2019 : identifikasi Persoalan Filosofis Pembelajaran Matematika di Sekolah

Identifikasi Persoalan Filosofis Pembelajaran Matematika di Sekolah
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Oleh: Hanifah Nabila Hendral
19701251003

1.      Geometri
Ontologi : titik, garis, bidang, bangun ruang
Epistemologi:  plato mengatakan bahwa subjek kajian geometri adalah alam (realm) objek-objek yang adanya terlepas dari pikiran manusia, bahasa dan sebagainya. plato memandang bahwa benda-benda geometris tidak bersifat fisik, dan objek tersebut bersifat abadi dan tidak pernah berubah. 
Aksiologi: geometri berperan dalam dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Banyak bangunan megah dan indah dihasilkan dari penerapan geometri pada bidang arsitektur.

2.      Inquiry-discovery learning
Ontologi: cara menyadari apa yang telah dialami
Epistemologi:  Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan  guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi (Slavin dalam Yusuf, 2003). Tran Vui juga mengatakan bahwa teori konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain. Sedangkan menurut Martin.
Aksiologi: dengan menggunakan Inquiry-discovery learning dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran, dan melalui penemuan sendiri maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan siswa.

3.      Partisipasi aktif siswa
Ontologis : keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam pengambilan bagian.
Epistemologis : Et. Al (dalam Gerson Ratumanan, 2002) mengemukakan bahwa konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar baru.
Aksiologi : partisipasi aktif akan memberikan motivasi kepada siswa serta membangun kepentingan bersama. Selain itu dengan partisipasi aktif akan mendorong siswa untuk bertanggung jawab.

4.      Belajar Mandiri (self directed learning)
Ontologis : pengarahan diri sendiri
Epistemologis : Aliran Konstruktivisme menyerukan perlunya pengembangan siswa belajar mandiri. Tujuan konstruktivisme dalam pemeblajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Piaget mengemukakan bahwa pebelajar dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Belajar mandiri merupakan bagian dari teori pembelajaran kognitif yang menyatakan bahwa perilaku, motivasi dan aspek lingkungan belajar mempengaruhi prestasi seorang siswa (Akroyd, 2006). Chamot (1999) menyatakan bahwa belajar mandiri adalah sebuah situasi belajar di mana siswa memiliki kontrol terhadap proses pembelajaran tersebut melalui pengetahuan dan penerapan strategi yang sesuai, pemahaman terhadap tugas-tugasnya, penguatan dalam pengambilankeputusan dan motivasi belajar
Aksiologi : dengan belajar mandiri akan memunculkan inisiatif atau dorongan  internal, mampu menetapkan tujuan, aktif dan kreatif mencari sumber belajar dan sadar akan siapa dirinya. Kesadaran dan pengenalan diri sendiri berdampak pada motivasi belajar pada peserta didik.

5.      Berpikir kritis
Ontologis : pikiran
Epistemologis : bersumber dari Aliran kritis Immanuel Kant. Kritisisme adalah paham filsafat Kant yang memulai penyelidikannya bukan dengan langsung membahas objek yang mau dibicarakan, melainkan dengan meneliti syarta-syarat kemungkinan dari sesuatu yang mau dibicarakan itu.
Aksiologi : dengan berpikir kritis akan melatih keterampilan siswa dalam memecahkan masalah, munculnya pertanyaan inovatif dan merancang solusi yang tepat

6.      Problem Based Learning/ PBL
Ontologis : masalah, pengalaman
Epistemologis : problem based learning didasarkan dari aliran empirisme. Thomas Hobbes mengatakan bahwa pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan. Menurut John Locke segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. PBL adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. PBL lebih memfokuskan pada masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa.
Aksiologi : Dengan belajar menggunakan model problem based learning akan membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata dan dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

7.      Tes Uraian
Ontologis : hasil belajar
Epistemologis : tes uraian bedasarkan aliran idealisme. Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia.  Idealisme berasal dari bahasa latin idea yaitu gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran dan buah mental.
Aksiologi : tes uraian dapat mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang lebih tinggi. Tes uraian dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. Selain itu tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide serta lebih cepat dan mudah membuatnya.


8.      Alat Peraga Maya
Ontologis: abstraksi
Epistemologis : dalam aliran idealisme terdapat abstraksi. J.G. Fichte, seorang filsuf jerman menyatakan pemikirannya tentang abstraksi. Manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkan.
Aksiologi : dengan menggunakan alat peraga maya dalam pembelajaran matematika, maka akan membantu dalam mengatasi berbagai masalah pembelajaran matematika. 

9.      Pendidikan Karakter
Ontologis: moral
Epistemologis : pendidikan karakter berlandaskan aliran perenialisme. Perenialisme memandang situasi dunia ini penuh kekacauan, ketidakpastian terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosikultural. Menurut Perenialisme hakikat pendidikan adalah upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai pada peserta didik. Mencangkup totalitas aspek kemanusiaan, kesadaran, dan sikap dan tindakan kritis terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya.
Aksiologi : dengan pendidikan karakter membentuk peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab, hormat dan patuh kepada guru dan orang tua.

10.  Peran Guru
Ontologis: metode
Epistemologis : dasar peran guru dalam pembelajaran matematika adalah aliran essesialisme. Pada essensialisme guru merupakan orang yang menguasai ilmu pengetahuan, dan kelas berada di bwah pengaruh dan pengawasan guru. Guru merupakan model untuk para peserta didik, sebagai model contoh yang baik untuk ditiru oleh peserta didik.
Aksiologi : siswa akan meniru kebiasaan-kebiasaan baik yang dicontohkan oleh guru.

11.  Pendidikan berpusat pada siswa (student center)
Ontologis: kegiatan belajar mengajar
Epistemologis : aliran filsafat progresivisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Aksiologi : dengan pembelajaran berpusat pada peserta didik menjadikan mereka aktif melalui penyediaan proses-proses, cara-cara, kegiatan-kegiatan pemberian pengalaman.

12.  Aljabar
Ontologis: simbol
Epistemologis : aliran formalisme menganggap sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem lambang yang formal, metematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap lambang-lambang itu. Simbol-simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek matematika.
Aksiologi : dengan mempelajari aljabar bisa digunakan untuk manajemen keuangan, dalam dunia jual beli dapat digunakan untuk menghitung besar kecil keuntungan atau kerugian.


13.  Logika matematika
Ontologis: logis
Epistemologis : aliran logikalisme menyatakan semua konsep matematika pada akhirnya dapat direduksi menjadi konsep logis, asalkan untuk memasukkan konsep set atau sistem kekuasaan yang mirip.
Aksiologi : logika dapat memberikan landasan tertentu untuk kebenaran, memberikan dasar logis untuk pengetahuan matematika, mendirikan kembali kepastian yang mutlak dalam matematika.

14.  Pola bilangan
Ontologis: bilangan
Epistemologis : aliran filsafat platonisme menyatakan bahwa bilangan adalah abstrak sehingga diperlukan adanya eksistensi suatu objek yang bebas dari pikiran manusia untuk menyatakannya.
Aksiologi : belajar pola bilangan dapat digunakan untuk memprediksi skala keuntungan dan kerugian dalam dunia bisnis.


15.  Active knowledge sharing
Ontologis : keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam pengambilan bagian.
Epistemologis : Et. Al (dalam Gerson Ratumanan, 2002) mengemukakan bahwa konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar baru.
Aksiologi : partisipasi aktif akan memberikan motivasi kepada siswa serta membangun kepentingan bersama. Selain itu dengan partisipasi aktif akan mendorong siswa untuk bertanggung jawab.

16.  Minat belajar
Ontologi: rasa, ketertarikan
Epistemologi: aliran filsafat pragmatis oleh William James. James mengubah pragmatis menjadi filsafat yang bergerak (hidup), pragmatis pada James pada dasarnya merupakan filsafat untuk bertindak.
Aksiologi: siswa dengan minta belajar yang tinggi akan mendorong dia untuk mencapai prestasi

17.  Penilaian Otentik
Ontologi: hasil belajar
Epistemologi: Aliran filsafat konstruktivisme menekankan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil. 
Aksiologi: penilaian otentik dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa

18.  Soal Tes Pilihan Ganda
Ontologi: pengetahuan, kognitif
Epistemologi:  Jean Piaget merupakan pelopor konstruktivisme. Beliau menyakini bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif peserta didik.  Aliran filsafat konstruktivisme adalah aliran filsafat yang menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi (bentukan). Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas), pengethuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang.
Aksiologi: dapat mengukur kemampuan kognitif siswa sesuai dengan tahapan pada taksonomi bloom, sebagai evaluasi untuk hasil belajar peserta didik


19.  Initiative and Entrepreneurialism
Ontologi: inovatif, ide, action
Epistemologi: dalam pandangan progresivisme, manusia harus selalu maju (progress) bertindak konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Menurut aliran pragmatis, apabila peserta didik diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengaktualisasikan dirinya dalam mewujudkan aspirasinya secara mandiri, maka timbullah kekuatan besar dalam diri untuk membangun.
Aksiologi: dengan adanya inovasi dalam pembelajaran menjadikan siswa aktif dalam kelas, tidak jenuh dengan metode pembelajaran yang biasa-biasa saja dan meningkatkan semangat belajar peserta didik.

20.  Pendekatan kontekstual
Ontologi: kehidupan
Epistemologi: filsafat humanisme menghendaki pelayanan peserta didik untuk menemukan makna dalam belajar sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. 
Aksiologi: pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan mendorong siswa untuk berprestasi dan mencapai keberhasilan.


Komentar